Masjid menjadi solusi berbagai persoalan di tengah masyarakat yang berimbas pada perekonomian dan pendidikan.

Posted by : wartaidaman 25/03/2025
Foto: Masjid KH Sudja di Jogjakarta

 

WARTAIDAMAN.com   

 

 

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Dr Ihkwan Ahada A.Ag., M.A., menyebut masjid sebagai pusat peradaban yang mengawal sebuah perubahan bangsa harus menjadi solusi terhadap persoalan yang kompleks.

Hal itu diungkapkan kepada fornews.co usai menghadiri pentasyarufan zakat ma’al dokter “Back to Masjid”, Jum’at siang, 21 Maret 2025, di PKU Muhammadiyah, Jogja.

Sebanyak 36 masjid di DIY masing-masing menerima zakat mal dari dokter PKU Jogja dan Gamping, sebesar Rp. 1.500.000.

Belakangan, banyak masjid tidak menyenangkan karena ulah takmir yang membatasi jamaah beraktivitas di masjid.

Sementara, kondisi bangsa carut-marut mengakibatkan masyarakat pada situasi sulit. Masjid seharusnya menjadi solusi persoalan yang semakin kompleks.

Belakangan, masjid tidak seramai tahun 90-an di mana masjid selalu buka 24 jam penuh. Bahkan, jamaah dapat beristirahat tidur atau menginap.

“Padahal, masjid merupakan pusat berkegiatan dan mengawal sebuah perubahan,” katanya.

Diakui atau tidak, siapapun yang datang ke masjid sudah turut menghidupkan dan memakmurkan. Masjid sudah seharusnya terbuka bagi jamaah.

“Tidak sekadar berfungsi sebagai tempat istirahat, tidur atau menginap. Tetapi, juga untuk kegiatan lain oleh generasi milenial,” selorohnya.

Masjid yang melarang anak-anak bermain–terlebih melarang menginap dan tidur–justru tidak memberikan solusi.

Dahulu orang bisa tidur di masjid. Kata Iwan, masjid selalu terbuka bagi jamaah. Sekarang masjid-masjid ditutup–dijaga ketat dengan alasan keamanan.

Dalam pandangan Islam, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun, juga memberi tempat dan ruang bagi masyarakat.

Masjid-masjid yang menyediakan fasilitas layaknya kafe perlu diapresiasi. Termasuk, bagi masjid yang tidak melarang jamaah untuk tidur dan menginap di masjid.

“Jika, perlu dipasang wifi agar masjid menjadi ramai,” uijarnya.

Lantas, apa komitmen Muhammadiyah terhadap masjid hari ini?

Melalui persyarikatan, Muhammadiyah bukan sekadar wacana memberikan perhatian terhadap masjid. Terbukti banyak pengelolaan masjid melalui lembaga pengembangan cabang dan ranting Muhammadiyah berikut klausulnya berkembang pesat.

“Hal ini dilakukan agar persyarikatan Muhammadiyah, lebih intens memperhatikan manajemen masjid,” ungkapnya kepada fornews.co.

Dengan manajemen pengelolaan masjid, maka, dapat lebih intens memperhatikan masjid, kemakmuran masjid, fungsi-fungsi masjid, menghantar Islam menjadi agama yang memberikan solusi atas berbagai persoalan.

Masjid Al Falah di Sragen dan masjid di Samarinda, misalnya, dapat menjadi contoh yang bisa diterapkan oleh masjid-masjid lain di Indonesia.

“Masjid-masjid itu menjadi percontohan agar masjid yang lain, takmir yang lain, terus berusaha menghantarkan masjidnya menuju masjid yang paripurna,” katanya.

Sementara itu, Alfis khoirul khisoli., S.Kom.I., M.S.I., selaku Manajer Humas RS PKU Muhammadiyah Gamping dan Jogja mengatakan masjid yang hidup akan selalu ramai.

Hal itu disampaikan kepada para perwakilan pengurus masjid se-DIY yang hadir dalam pentasyarufan zakat ma’al di PKU Muhammadiyah Jogja.

“Jadi, masjid bisa untuk berkegiatan dengan hal-hal positif,” pungkasnya.

 

 

*rh/ wi/ nf/ 250325

 

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Ayoo...Bantu Bangun Kembali Masjid Palestina
Rp.10.000 Insyaa ALLAH cukup, mau lebih bagus, mau rutin lebih bagus

untuk berdonasi aman, klik link di bawah ini
https://lazisdmi.com/campaign/bantu-bangun-kembali-masjid-palestina?ref=1hhm4

 

BACA JUGA :

LAZIS DMI Luncurkan Gerakan Nasional “Infaq 10rb untuk Bangun Kembali 100 Masjid di Gaza” Ajakan untuk Memakmurkan dan Dimakmurkan Masjid di Bulan Ramadhan

Views: 6

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *