Peristiwa 26 Oktober: Gunung Merapi Meletus Tewaskan Juru Kunci Legendaris Mbah Maridjan

Posted by : wartaidaman 08/04/2025

 

 

 

Sejumlah peristiwa sejarah terjadi baik dalam maupun luar negeri pada tanggal 26 Oktober setiap tahunnya. Di antaranya, Gunung Merapi Yogyakarta meletus menewaskan Mbah Maridjan.

Pada 20 September, Status Gunung Merapi dinaikkan dari Normal menjadi Waspada oleh BPPTK Yogyakarta. Kemudian, 21 Oktober, status berubah menjadi Siaga pada pukul 18.00 WIB.

Lalu 25 Oktober, BPPTK Yogyakarta meningkatkan status Gunung Merapi menjadi Awas pada pukul 06.00 WIB. Pada 26 Oktober, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Menurut laporan BPPTKA, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.

27 Oktober, Gunung Merapi pun meletus. Dari sekian lama penelitian gunung teraktif di dunia ini pun meletus.

28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan Lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.

Raden Ngabehi Surakso Hargo, atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Maridjan lahir di Dukuh Kinahrejo, 5 Februari 1927 dan meninggal di Sleman, 26 Oktober 2010 pada umur 83 tahun.

Ia adalah seorang juru kunci Gunung Merapi. Amanah sebagai juru kunci ini diperoleh dari Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Setiap gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando darinya untuk mengungsi.

Mulai dipercaya sebagai wakil juru kunci pada 1970. Hingga kemudian menjadi juru kunci.

Sejak kejadian Gunung Merapi akan meletus pada 2006, Mbah Maridjan semakin terkenal. Karena faktor keberanian dan namanya yang dikenal oleh masyarakat luas tersebut, Mbah Maridjan ditunjuk untuk menjadi bintang iklan salah satu produk minuman energi.

Mbah Maridjan alias Mas Penewu Suraksohargo melambung namanya ketika Merapi melakukan letusan tahun 2006 lalu. Ia bersama sejumlah warga Kinahrejo Kecamatan Cangkringan Sleman yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III menolak untuk diberitahu. Padahal saat itu, Gunung Merapi sudah masuk tataran Awas.

Bahkan Raja Kraton Ngayogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X sempat meminta dia untuk turun gunung. Namun yang bersangkutan tidak mau. Beruntungnya, letusan Merapi tidak segawat yang diperkirakan para ahli, sehingga kekukuhan Mbah Maridjan bahwa Merapi tidak berbahaya menjadi benar.

Namanya terus melambung dan kemudian menjadi bintang iklan sebuah minuman berenergi. Duit pun mengalir deras ke kantongnya. Selebritis gaek ini tidak menikmati uangnya sendiri, tapi dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Di daerah Kinahrejo, ia membangun masjid dan gereja. Warga di sana pun diminta beribadah sesuai keyakinan. Selain itu, Mbah Maridjan acap kali menyampaikan beras dan sembako kepada warga yang membutuhkan.

Mbah Maridjan lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman pada tahun 1927. Kekuasaan sebagai kunci Gunung Merapi itu ia dapatkan dari amanah yang diberikan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Ia mulai menjabat sebagai wakil juru kunci pada tahun 1970. Jabatan sebagai juru kunci lalu ia sandang sejak tahun 1982. Mbah Maridjan mempunyai beberapa anak, yakni Mbah Ajungan, Raden Ayu Surjuna, dan Raden Ayu Murjana. (Ridar/*)

Views: 14

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *