
Dr. H.M.Suaidi,M.Ag.
اتقوا فراسة المؤمن ، فإنه ينظر بنور الله
Hati- hatilah dengan firasat orang yang beriman, karena dia melihat dengan cahaya Allah. (HR Tirmidzi )
Firasat, kalau kita kaji dengan teliti, ternyata terdapat di dalam ajaran Islam. Dalilnya, selain hadits di atas, adalah beberapa ayat Al Qur’an yang menyentuh masalah firasat tersebut, di antaranya adalah firman Allah:
إن في ذلك لآيات للمتوسمين
Sesungguhnya pada peristiwa itu terdapat tanda- tanda bagi orang – orang yang Al Mutawassimin (QS Al Hijr: 75).
Al Mutawasimin menurut pengertian ulama adalah orang-orang yang mempunyai firasat, yaitu mereka yang mampu mengetahui suatu hal dengan mempelajari tanda-tandanya.
Allah juga berfirman :
يحسبهم الجاهل أغنياء من التعفف تعرفهم بسيماهم
Orang – orang yang bodoh menyangka mereka adalah orang kaya, karena mereka memelihara diri dari meminta- minta, kamu mengetahui mereka dengan tanda- tandanya. (QS Al Baqarah: 273).
Berdasar hadits di atas walau sanadya lemah, namun makna dan artinya tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Banyak hal yang membuktikan bahwa orang yang beriman mampu memandang sesuatu dengan tepat dan akurat. Karena Allah memberikan kekuatan kepada orang yang beriman kepada-Nya, yang mana hal itu tidak diberikan kepada orang lain.
Dalam bidang keilmuan, tentunya keimanan seseorang mempunyai peran yang sangat urgen di dalamnya. Masalah keilmuan ini ada kaitannya dengan masalah firasat. Allah berfirman :
واتقوا الله ويعلمكم الله
Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, dan Allah mengajarimu (QS Al Baqarah: 282).
Tanda- tanda bagi orang – orang yang mempunyai firasat.
Tanda- tanda ( firasat ) yang digunakan oleh seorang yang alim untuk mengetahui sebuah peristiwa, bukan hanya berupa “ fahisah ( kemaksiatan seperti zina dan sejenisnya ) saja, akan tetapi tanda-tanda itu bisa juga berupa penyelewengan dari manhaj Al Quran secara umum dan penyelewengan dari disiplin ilmu yang benar, walaupun kadang, penyelewengan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja, seperti : tidak adanya amar ma’ruf dan nahi mungkar didalam suatu masyarakat, atau bahkan ada perbuatan amar ma’ruf dan nahi mungkar, tetapi tidak dilandasi dengan ilmu syar’I yang benar .Kita lihat umpamanya, Bani Israel mendapatkan laknat dan adzab dari Allah karena mereka meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.
Bahkan kesalahanan seorang pemimpin dalam berijtihadpun bisa dijadikan tanda bagi orang yang mempunyai firasat bahwa hal itu akan menyebabkan malapetaka. Inilah salah satu bentuk firasat yang dimiliki oleh Ibnu Umar ra, ketika melepas Husein bin Ali ra – walaupun dengan sangat berat hati – berangkat ke Iraq untuk memenuhi ajakan penduduk Iraq yang ingin membai’atnya jadi kholifah , beliau berkata kepada Husein bin Ali ra:
Saya menitipkanmu kepada Allah , wahai orang yang akan terbunuh .
Firasat Ibnu Umar mengatakan bahwa Husein akan terbunuh dalam perjalanan menuju Iraq tersebut, ternyata menjadi kenyataan . Terjadilah peristiwa mengenaskan yang ditulis sejarah dengan lumuran darah , yaitu pembantaian terhadap Husein ra, cucu Rosulullah saw dan rombongannya di Karbela.
والله اعلم
*anwi/ wi/ nf/ 170825
Views: 25