WARTAIDAMAN.com
Khotbah Idul Adha 1445 H / 2024 M
Oleh : Prof. Dr. H. Eggi Sudjana, SH, M.Si.
Masjid Al Kautsar. Perumahan Griya Anggraini, Jalan Anggaran Raya Blok E14 No.1, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor.
إنَّ الحَمْدَ ه لِل نَحْمَدُهُ وَنَسْتَ ه عيْنُهُ وَنَسْتَغْ ه فرُهُ �, و َنَعُوْذُ بهاللههُ منْ شُرُوْ ه ر أَنْفُ ه سنَا
وَسَيهِّئَا ه ت أَعْمَا ه لنَا �, مَنْ يَهْ ه د ه الله فَلا مُ ه ضلَّ لَه �, وَمَنْ يُضْ ه للْ فَلا هَا ه ديَ لَ هُ �,
وَأشْهَدُ أنْ لا إلهَ Ia adalah Allah dan Allah adalah Allah yang telah menciptakan manusia. Ia adalah Allah yang telah menciptakan manusia. Ia adalah Allah yang menciptakan manusia. Ia adalah Allah yang menciptakan manusia. Ia adalah Allah yang menciptakan manusia.
اللََُّّ أَكْبَرُ اللََُّّ أَكْبَر
لا إهلَهَ إهلا اللََُّّ، وَاللََُّّ أَكْ بَرُ
اللََُّّ أَكْبَر وَه لِلَّه الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
BAGIAN ENAM/ AKHIR
Jika tidak berhasil menegakkan hukum Islam, maka seharusnya para pejabat dan politisi pada saat itu harusnya malu kepada Allah SWT. dan seluruh rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
4) Kesiapan wibawa dana atau finansial. Umat Islam harus mandiri di dalam menjalankan setiap perjuangannya. Oleh karena itu, setiap individu muslim harus memiliki integritas, kapasitas, dan otoritasnya terhadap finansial yang diupayakannya atau dengan kata lain, janganlah ada umat Islam yang bodoh dan miskin.
5) Kesiapan wibawa fisik. Umat Islam harus menunjukkan sisi lahiriah fisik yang sehat, kuat, dan tangguh. Begitu pula memiliki tempat-tempat ibadah yang bergengsi tinggi dan jangan terkesan kumuh serta mencerminkan kemiskinan. 6) Kesiapan wibawa jaringan (networking). Setidaknya terdapat sebelas jaringan yang harus dibangun dan dibina, yaitu : mahasiswa, buruh (termasuk petani, nelayan, dan pedagang informal), pers, militer, pengusaha, bankir, akademisi / ilmuwan, tokoh masyarakat, partai politik, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan komunitas luar negeri. Begitu pula, jaringan kerja sama ini harus mewadahi interaksi dan kolaborasi yang kuat, baik antar lembaga, maupun antar wilayah seperti desa, kota, kabupaten, provinsi,maupun antar negara (internasional). Melalui wibawa jaringan ini mestilah terjalin ukhuwah islamiyah yang kokoh dalam bentuk kerja yang tersistem terutama diawali dengan kerjasama mewujudkan program kerja ASI (Al Quran-Sholat-Infak) sebagaimana perintah Allah SWT,
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur’an) dan melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi. (QS Fathir [35] : 29).
4. Pemimpin dalam konteks di Indonesia tentunya dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden, MPR RI, DPR RI, dan DPD RI, serta lembaga tinggi lainnya dan juga tentunya rakyat Indonesia sudah seharusnya sebagai hamba-hamba-Nya, untuk tunduk dan patuh dalam menjalani kehidupan-Nya di dunia ini dengan mencontoh dan atau mengambil pelajaran yang telah dipancangkan oleh Nabi Ibrahim as., membangun suatu tatanan masyarakat tauhid, dimana sistem kepercayaan, nilai-nilai luhur, dan berbagai tata aturan (syariat) saling berinteraksi untuk dijadikan dasar dalam kehidupan. Semuanya seia sekata terhadap apa yang diyakini, yaitu antara keyakinan (akidah), nilai-nilai luhur (akhlak), dan tata aturan (syariat).
Ketundukan Nabi Ibrahim a.s. kepada sistem kepercayaan, nilai-nilai, dan tata aturan Ilahiah sudah sepatutnya untuk kita jalankan tanpa harus ragu-ragu. Ketika Allah berfirman kepadanya, “Tunduk patuhlah (Islamlah),” maka ia tidak pernah menunda-nundanya walau sesaat, tidak pernah terbetik rasa keraguan sedikitpun, apalagi menyimpang. Ia menerima perintah itu dengan penuh ketulusan.
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya, ”Tunduk patuhlah !” Ibrahim menjawab,”Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” (QS Al Baqarah [2] :131)
5. Menumbuhkan karakter ketakwaan melalui penguatan :
a) Karakter akidah, sehingga ummat dijauhkan dari berbagai sifat dan sikap syirik.
b) Karakter ilmu, sehingga syariat Islam dipandang sebagai solusi konfrehensif dalam menyelesaikan permasalahan ummat dengan kondisi perkembangan zaman yang semakin ekstrem dan penuh tantangan, serta fitnah yang selalu diterima Islam dan ummatnya, termasuk dijauhkan dari berbagai pemikiran sekular dan liberal yang sempit, cacat logika, tidak berdasar dan selalu bertentangan dengan konsep dan tata nilai keilmuan, inkonsistensi dalam berargumentasi, double standard (munafik), lebih mencari pembenaran daripada harus melaksanakan kebenaran, bahkan merendahkan agamanya.
c) Karakter akhlak, bahwa berbagai proses kerja harus dilakukan secara sungguh-sungguh, berkualitas, tuntas, serta ikhlas dengan berbagai proses dan hasil kerja yang didapat.
Kokohnya karakter ketakwaan umat tentu saja akan bermuara pada kokohnya pembangunan karakter bangsa ini.
6. Makna kurban, selain dimensi vertikal berupa ketaatan, keimanan, dan jihad di jalan Allah, juga harus memiliki dimensi horizontal yang mampu menumbuhkan kepekaan dan kesalehan sosial terhadap sesama, terlebih di tengah kondisi sulit bangsa sekarang ini. Semangat kurban harus mampu melahirkan satu konsep tahu diri dan kemampuan untuk menyembelih sifat-sifat syeithoniyah yang ada dalam diri kita, seperti serakah, egois, atau sifat zalim.
Oleh karena itu, mari dengan kecerdasan, kesadaran, dan daya juang yang tinggi, kita lawan berbagai bentuk kezaliman yang dilakukan para pemimpin yang menindas rakyatnya hingga mereka sadar dan mau untuk melahirkan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang menolong rakyatnya (sultanan nashiro), kebijakan yang memerdekakan, mensejahterakan, dan menyelamatkan rakyatnya. Mari kita lawan mereka agar mau dan mampu melakukan perubahan keadaan masyarakatnya menjadi bertakwa kepada Allah Swt. sehingga tercipta suatu negeri baldatun thoyyibatun wa Rabbun Gahffuur, negeri yang baik dan mendapat ampunan.
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(QS Al A’raf [7] : 96)
Ketegasan dalam memahami QS. Al A’raf [7] : 96 harusnya dijadikan parameter dari keimanan dan ketakwaan bangsa dan negara Republik Indonesia, jika melihat keadaan Indonesia saat ini dengan pengelolaan negara yang amburadul, banyak kemaksiatan, dan penuh kemunafikan. Tidak ada integritas dari pemimpin dan elite bangsa ini dengan perilaku yang mencerminkan satunya kata dengan perbuatannya. Hal itu menandakan bahwa bangsa dan rakyat Indonesia sesungguhnya tidaklah beriman kepada Allah Swt. serta tidak menjalankan ajaran-ajaran-Nya, yang akhirnya tidak bertakwa dengan yang sebenar-benarnya takwa
اللََُّّ أَكْبَرُ اللََُّّ أَكْبَر
لا إهلَهَ إهلا اللََُّّ، وَاللََُّّ أَكْبَرُ
اللََُّّ أَكْبَر وَ ه لِلَّه الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Sebelum mengakhiri khutbah Idul Adha ini, marilah untuk sebentar menundukkan kepala untuk sama-sama mengharap ridha Allah Swt.
Ya Allah, ya Rahmaan, ya Rahiim,
Tunjukilah kepada kami yang benar itu benar, dan berilah kami kemampuan untuk melaksanakannya, dan tunjukilah kepada kami yang salah itu salah, dan berilah kami kemampuan untuk meninggalkannya,
Ya Allah, ya Lathiif, ya Haliim,
Kasih sayangilah kami dengan sebab firman-firman-Mu,
Jadikanlah ayat-ayat-Mu sebagai pemimpin, sebagai cahaya, sebagai petunjuk, dan sebagai rahmat bagi kami,
Ingatkanlah kami apa-apa yang kami lupa dalam ayat-ayat-Mu yang telah Engkau jelaskan dan ajarilah dari ayat-ayat-Mu apa-apa yang kami belum mengetahui,
Karuniakanlah kami untuk selalu sempat membaca ayat-ayat-Mu, dan jadikanlah ayat-ayat-Mu sebagai hujjah bagi kami,
Ya Allah, ya Ghoffuur, ya ‘Aziizu,
Janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.
Ya Allah, ya Salaamu, ya Hakiimu,
Ampunilah dosa Ibu-Bapak kami, sayangi mereka sebagaimana mereka menyayangi kami,
Anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa,
Ya Allah, ya Qadadiru, ya Mujiibu,
Begitu banyak kesalahan, penyimpangan, dan penyelewengan yang telah kami lakukan atas syariat-Mu,
Ampunilah kami atas kelalaiannya, maafkanlah kami atas acuh tak acuhnya, dan berilah kami ketetapan dan kekuatan untuk menegakkannya,
Ya Allah, ya Razzaaqu, ya kariimu,
Jadikanlah kekayaan dan kemakmuran negeri kami menjadi berkah bagi kami, lepaskanlah negeri kami dari jeratan dan lilitan utang yang membuat kami didikte oleh musuh-musuh-Mu,
Jadikanlah negeri kami, negeri yang baldatun thoyyibatun wa Rabbun Gahffuur, negeri yang baik dan mendapat ampunan,
Ya Allah, ya Maalikul Mulki,
Engkau tahu, saudara-sauadara kami di negeri tercinta Indonesia, dan juga saudara-saudara seiman dan seislam di Palestina, Rohingya, Suriah, Kashmir, dan lainnya,
mereka teraniaya, tertindas, dan terzalimi oleh kaum kuffar, atas kuasa-Mu ya Allah, jangan sampai Islam terhina dan tercampakkan,
Kuatkanlah mereka dengan kesabaran dan ketabahan di dalam derita, dan berilah mereka keberanian dan kemenangan di dalam perjuangan,
Ya Allah, ya Roqiib, ya Jabbaar,
Engkaulah yang memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang dikehendaki dan Engkau pulalah yang mencabut kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki,
Oleh karena itu, cabutlah kekuasaan mereka, kewenangan, dan otoritas mereka yang zalim agar kami tak lagi diatur, ditindas, dan dizalimi melalui kebijakan-kebijakannya,
Sekali lagi ya Allah, cabutlah kekuasaan mereka, pemimpin-pemimpin yang tidak ikhlas itu, yang tidak beriman dan bertakwa kepada-Mu,
oleh karenanya lahirkanlah dan munculkanlah pemimpin yang benar-benar ikhlas, beriman dan bertakwa kepada Engkau ya Allah, sebagai pengganti dari pemimpin yang ada saat ini.
Ya Allah, ya Waliyyu, ya Hasiibu,
Engkau Maha Mengetahui rencana orang-orang kafir yang tidak henti-hentinya menzalimi kami, tipu daya mereka yang senantiasa mencelakakan kami,
Maka, berilah kami dengan rencana-rencana-Mu dan kehendak-Mu yang lebih baik bagi kami, jadikanlah tipu daya mereka kembali kepada mereka sendiri,
Ya Allah, Illahi Rabbi
Suatu saat nanti kami akan mati, maka, janganlah Engkau cabut nyawa kami dalam keadaan kufur, munafik, dan zalim,
Tapi cabutlah nyawa kami dalam keadaan Iman, Islam, dan Ihsan, bahkan kami ingin mati syahid dalam menegakkan agama-Mu,
SELESAI