
WARTAIDAMAN.com
Dr.H.M.Suaidi M.Ag.
Yang patut diwaspadai bagi umat Islam adalah unsur nafsu yang menyusup pada aktivitas ibadah. Nafsu yang suka menuntut ini pada gilirannya dapat mencelakai mereka yang tak mewaspadai bahaya ini. Bagaimana bisa orang beribadah menjadi celaka.
Watak dasar nafsu cenderung lari dari tanggung jawab. Sementara ibadah adalah tanggung jawab manusia terhadap Allah SWT sebagai tujuan dari penciptaan mereka. Tetapi ketika nafsu mengajak kita memikul tanggung jawab yang sejatinya ia tidak sukai, maka waspadalah.
Tatkala nafsu menyelinap di tengah-tengah aktivitas ibadah kita, maka sejatinya nafsu mengarahkan kita ke jalan lain, bukan menuju Allah SWT. Ini cukup menyulitkan. Pasalnya, unsur nafsu tampak terang-terangan pada perbuatan maksiat. Sedangkan untuk aktivitas ibadah, unsur nafsu biasanya menyusup, menyelinap, mendompleng, atau menunggangi sebagai keterangan Syekh Syarqawi berikut ini.
حظ النفس في المعصية) كالزنا (ظاهر جلى) وهو التذاذه بها فإنها لا تطلب منك التلبس بالمعصية إلا لأجل أن تلتذ بها فيحصل لك الوبال والنكال (وحظها في الطاعة باطن خفي) لا يطلع عليه إلا أرباب البصائر وذلك لأن فى الطاعة مشقة عليها فإذا أمرتك بها لم تعلم حظها فيها إلا بعد تفتيش فقد تريك أن حظها فيها التقرب إلى الله تعالى وفى الباطن ليس لها حظ إلا إقبال الناس عليك واشتهارك بينهم بالصلاح ومن حاسب نفسه وقارب خاطره تبين له مصداق هذا.
Unsur nafsu pada perbuatan maksiat. seperti zina (tampak jelas) yaitu kenikmatan atas maksiat tersebut. Nafsu itu tidak memintamu mengaburkan keinginannya pada maksiat itu selain hanya untuk kenikmatanmu atas maksiat tersebut sehingga bencana dan petaka menimpamu. (Sedangkan unsur nafsu pada amal ibadah tersembunyi dan laten). Tak satupun melihat unsur nafsu itu selain mereka yang membuka mata batin. Kenapa demikian? Amal ibadah itu berat. Tetapi ketika nafsu mengajakmu beribadah–sementara kamu tak tahu unsur nafsu pada ibadah tersebut kecuali dengan ketelitian–, maka secara lahiriah ia memperlihatkan dirinya mengajakmu taqarrub kepada Allah, tetapi sejatinya yang dituju tidak lain adalah perhatian manusia kepadamu dan kemasyhuranmu sebagai orang saleh di tengah mereka. Siapa yang memerhatikan nafsunya dan mengawasi gerak batinnya, maka kebenaran sejati akan tampak padanya,(Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, Semarang, Maktabah Al-Munawwir, tanpa catatan tahun, juz II, halaman 4).
Unsur nafsu yang menyusup di dalam aktivitas ibadah menggiring pelakunya ke jalan lain, yaitu riya sebagai penyakit destruktif yang berbahaya bagi umat Islam. Pengalihan jalan ke selain jalan Allah ini yang patut dicurigai dan diwaspadai. Jangan sampai Allah murka dengan aktivitas ibadah yang disusupi nafsu. Pengalihan jalan ini biasanya berlangsung tanpa kita sadari.
Upaya pencegahan dari nafsu yang berujung pada riya ini harus dilakukan sejak dini. Kewaspadaan tinggi perlu dilakukan. Sementara upaya pengobatannya tidak kalah sulit. Perlu banyak zikir dengan segala lafalnya atau bimbingan dari para guru tarekat.
Hikmah ini tidak bertujuan untuk melemahkan semangat beribadah . juga tidak menyarankan kita berburuk sangka terhadap mereka yang gemar ibadah. Hikmah ini hanya mengingatkan kita agar selalu waspada terhadap segala penyusupan dan bahaya nafsu pada aktivitas ibadah kita yang dapat membuatnya rusak dan sia-sia. Hikmah ini justru mendorong untuk beribadah secara istiqamah di jalan menuju Allah, bukan jalan ke lain-Nya.
والله اعلم
*anwi/ wi/ nf/ 150725
Views: 56