
Foto: Agus Fatah
WARTAIDAMAN.com
Oleh : Agus Fatah
Dikisahkan, dahulu ada seorang Kyai yang memiliki seekor burung beo. Burung itu pandai menirukan suara apapun yang diperdengarkan kepadanya.
Burung beo termasuk burung yang dilindungi, Pak Kyai mendapatkan burung tersebut dari salah seorang muridnya yang berasal dari pulau Nias
Pak Kyai bersama para santri di pesantrennya, merawat burung beo berparuh Oren, yang memiliki bagian berwarna kuning dikedua sisi kepalanya dan berbulu hitam hampir diseluruh bagian tubuhnya serta warna putih dibagian perutnya itu dengan kasih sayang.
Burung beo itu dilepas bebas dan hidup berdampingan dengan santri. Setiap hari para santri secara bergilir memberikan makan burung beo tersebut.
Burung beo tersebut di beri nama Boy. Boy sering diajak santri bermain dan dilatih untuk bisa mengucapkan kalimat Laa Ilaa ha Illa Allah, hingga fasih.
Boy senang bermain dengan santri dan sering ikut mengaji bersama santri dan Pak Kyai.
Suatu hari saat pak Kyai mengajar para santri, Boy terbang rendah dan mendarat di punggung sebelah kanan Pak kyai sambil mengucapkan kalimat :
“Laa Ilaa ha Illa Allah”
Melihat aksi Boy itu pak Kyai, membelai lembut kepala Boy hingga ke bagian ekornya.
Merespon belain lembut telapak tangan pak Kyai Boy si burung beo cerdas itu kembali mengucapkan kalimat
“Laa Ilaa ha Illa Allah”
Menyaksikan aksi Boy para santri secara spontan mengucapkan Kata : “Allah Akbar’
Dan Boy pun langsung mengikuti ucapan para santri : ‘Allohu Akbar”, kemudian ia terbang meninggalkan pak kyai dan para santri.
Suatu hari, ada berita yang mengejutkan para santri.
“Boy mati” ini mayatnya saya temukan di samping kanan halaman masjid, demikian penjelasan santri yang menemukan Boy dalam keadaan kaku itu kepada teman-temannya.
Mendengar berita kematian Boy dan melihat boy terbujur kaku para santri sok, membisu dan hanya bisa berkata : “Innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji’uun…
Berita kematian Boy burung beo kesayangan Pak Kyai, akhirnya sampai juga ke telinga Pak Kyai. Mendengar berita tersebut Pak Kyai bergegas menuju halaman masjid menemui Boy yang tak lagi bernyawa.
Pak Kyai mengangkat perlahan tubuh kaku Boy lalu memeluknya sambil berucap innalilahi wainnaa ilaihi rooji’uun, air mata Pak Kyai pun mengalir perlahan lalu jatuh menetes tepat di bagian tubuh Boy yang berada dalam pelukannya
Para santri yang menyaksikan kejadian tersebut turut merasakan kesedihan mendalam, dan merekapun menangis berjamaah sambil berucap : “innalilahi wainnaa ilaihi rooji’uun…”
Tak lama kemudian upacara kematian pun digelar untuk menghormati kepergian untuk selamanya. Boy dimakamkan di halaman samping kanan masjid tempat ia ditemukan terbujur kaku.
Penyebab kematian Boy masih menjadi misteri dikalangan santri, ada yang menduga Boy keracunan, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Boy terkena virus misterius.
Sejak Boy tak lagi hadir menemani pak Kyai mengajar ngaji para santri, suasana pengajian terasa sepi dan pak Kyai pun masih menampakkan kesedihan yang tak dapat ia sembunyikan.
Bahkan pada suatu hari, saat Pak Kyai mengajar para santri, beliau sempat terdiam agak lama sambil meneteskan air mata lalu berucap :
“Boy…., boy…., boy….”
Para santri terkejut melihat dan mendengar Pak kyai mengucapkan kata tersebut.
Tiba-tiba ada seorang santri memberanikan diri bertanya:
‘ Maaf Pak Kyai, ada apa dengan si Boy, apakah dia baik-baik saja di
alam kuburnya?”
Sambil menghapus air matanya, Pak Kyai menjawab pertanyaan santri tersebut dengan suara perlahan,
” Insyaallah Boy baik-baik saja di alam kuburnya, jawab kyai
” Lalu kenapa Pak Kyai menangis”, tanya santri itu kembali.
Agak lama pak Kyai terdiam sebelum akhirnya dijawabnya pertanyaan santri itu:
“Aku menangis bukan semata-mata karena Boy meninggalkanku untuk selamanya, tapi aku menangis karena aku…”, Pak Kyai tak sanggup lagi melanjutkan kalimatnya,
Para santri mencoba bersabar menunggu kelanjutan kalimat yang akan diucap pak Kyai,
“Aku menangis karena aku takut seperti Boy, semasa hidupnya Boy mampu mengucapkan kalimat Laa Ilaa ha Illa Allah, tapi di akhir hayatnya ia tak dapat mengucapkan kalimat tersebut
Mendengar jawaban sang Kyai tak ada satupun santri yang berani menatap wajah pak Kyai, semua santri menundukkan kepalanya, terisak-isak merasakan ketakutan yang sama seperti Pak kyai, tak dapat mengucapkan kalimat Laa Ilaha Illa Allah.
Rasulullah bersabda :
“Siapapun yang akhir ucapannya (ketika menjelang kematian) La Ilaha Illa Allah maka ia masuk syurga” (HR : Abu Daud)
*aw/ pjmi/ wi/ nf/ 230325
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Ayoo...Bantu Bangun Kembali Masjid Palestina Rp.10.000 Insyaa ALLAH cukup, mau lebih bagus, mau rutin lebih bagus untuk berdonasi aman, klik link di bawah ini https://lazisdmi.com/campaign/bantu-bangun-kembali-masjid-palestina?ref=1hhm4
BACA JUGA :
LAZIS DMI Luncurkan Gerakan Nasional “Infaq 10rb untuk Bangun Kembali 100 Masjid di Gaza” Ajakan untuk Memakmurkan dan Dimakmurkan Masjid di Bulan Ramadhan
Views: 13