Fana’ dalam Kisah Nabi Yusuf

Posted by : wartaidaman 07/08/2025
 
WARTAIDAMAN.com 

 

 

Dr.H.M.Suaidi,M.Ag.

 

Apa yang terbayang bila menyaksikan bagaimana gambaran seorang pria yang masuk ke ruangan penguasa atau raja yang bengis. Tentu dia akan kebingungan dan kehilangan nalar. Dia tidak sadar terhadap keberadaan dirinya dan orang-orang di majelis raja. Bagaimana bentuk ruangan yang dimasukinya, apa isinya, dan bagaimana rupa dirinya, dia tidak tahu dan tidak mungkin mengabarkan perihalnya.

Dalam Al-Quran, gambaran semacam ini pernah diperlihatkan Allah dalam kisah Nabi Yusuf a.s.

فَلَمَّا رَاَيْنَهٗٓ اَكْبَرْنَهٗ وَقَطَّعْنَ اَيْدِيَهُنَّۖ

Maka, ketika wanita-wanita itu melihatnya (Nabi Yusuf a.s,), mereka mengucapkan takbir (takjub) dan (lalu) memotong tangan mereka (sendiri). (QS.Yusuf: 31)

Wanita-wanita bangsawan Mesir ini ketika melihat ketampanan waiah Yusuf a.s. saat melintas di depan mereka, mereka terkeiut, malu, kagum, dan amat kesengsem. Sehingga tidak terasa pisau yang dipegangnya rnemotong tangan mereka sendiri. Mereka adalah selemah-lemahnya manusia.

وَقُلْنَ حَاشَ لِلّٰهِ مَا هٰذَا بَشَرًاۗ اِنْ هٰذَآ اِلَّا مَلَكٌ كَرِيْمٌ

Dan, mereka mengatakan, ‘Maha Sempurna Allah, tidaklah ini manusia melainkan malaikat yang mulia.(QS. Yusuf: 31)

Ini merupakan gambaran makhluk yung lupa terhadap keberadaan (kondisi) dirinya ketika bertemu makhluk yang lain.

Maka, bagaimana menurutmu jika seseorang tersingkap (muka syafah) dari tabir yang menutupi Al-Haqq. Jika makhluk saja bisa lupa akan keberadaan rasa terhadap dirinya dan sesama makhluknya, maka apa tidak akan lebih menakjubkan jika yang ditemuinya adalah Al-Haqq.

Barangsiapa fana’ dari kebodohannya, maka dia baqa’ dengan ilmunya. Siapa yang fana’ dari syahwatnya, maka dia baqa’ dengan tobatnya. Barang siapa fana’ dari kesenangan dunia, maka dia baqa’ dengan zuhudnya. Siapa yang fana’ dari angan-angannya, maka dia baqa’ dengan kehendaknya, dan demikian seterusnya dalam keseluruhan proses penyempurnaan akhlak.

Jika salik fana’ dari sifat-sifatnya yang tersebut di atas, maka dia naik dari ke-fana’-annya yang fana’ dari fana’-nya. Salik yang mengalami fana’ semacam ini sadar akan ke-fana’-annya dan melihat proses ke-fana’-annya. Hal ini seperti yang tergambar dalam syair di bawah ini:

Suatu kaum tersesat di tanah lengang yang sunyi kaum yang lain tersesat di medan (gemuruh) cinta maka mereka fana’ kemudian fana’ kemudian fana’ (lagi) dan baqa’ dengan baqa’ dari (karena) dekatnya dengan Tuhan

Yang pertama fana’ dari dirinya lalu muncul sifat-sifatnya, dan ke-baqa’-an sifat-sifatnya mengada dengan sifat-sifat A l-Haqq, kemudian mengalami fana’ lagi dari sifat-sifat Al- Haqq, lalu muncul kesaksiannya bersama penampakan Al-Haqq, kemudian timbul fana’ berikutnya dari kesaksian ke-fana’-annya bersama kehancuran dirinya dalam wujud Al-Haqq.

والله اعلم

 

 

 

 

 

*anwi/ wi/ nf/ 070825

Views: 20

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *