HATI YANG BERSIH MENCARI KEBENARAN BUKAN SEKEDAR KENYAMANAN

Posted by : wartaidaman 21/04/2025

 

WARTAIDAMAN.com   

 

Dr.H.M.Suaidi,M.Ag.

 

Dalam Al Qur’an dikenal Qolbun salim berkaitan dengan hati. Hati adalah sebuah karunia Allah SWT yang sangat mengagumkan. Seseorang bisa membedakan hal yang baik dan buruk, terpuji atau tercela, hanya dengan hatinya.

Hati tidak bisa dibohongi meskipun pikiran mungkin saja memaklumi sebuah kejahatan. Oleh karena itu, pelaku kriminal biasa dijuluki sebagai orang yang tidak punya hati.

qolbun salim disebutkan di dalam Al-Qur’an pada surah As-Syu’araa ayat 89 yang berbunyi,

اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ ٨٩

Kecuali, orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.

Di dalam ayat tersebut qolbun salim artinya hati yang bersih. Sementara itu, Imam Al-Ghazali memahami qolbun salim sebagai hati yang sehat. Hal ini sebagaimana dinukil dari buku Biarkan Hatimu Bicara karya Abi Aunillah Al-Kuwarsani

Menurut Plato Setiap Hati yang Bersih Mencari Kebenaran, Bukan Sekadar Kenyamanan

hati yang bersih adalah mencerminkan jiwa yang terbebaskan dari prasangka, ambisi duniawi, dan nafsu berlebihan. Jiwa yang demikian terbuka untuk menyerap kebenaran apa pun bentuknya, meski terkadang pahit atau mengguncang keyakinan lama. Kebersihan hati tidak sekadar soal moralitas, tetapi kesiapan mental untuk menghadapi kenyataan sebagaimana adanya tanpa membiarkannya ternodai oleh motif tersembunyi.

Membedakan Kebenaran dan Kenyamanan

Kenikmatan nyaman sering kali bersifat sementara dan bisa menyesatkan. Kenyamanan membungkus jiwa dalam zona aman yang enggan diganggu, sementara kebenaran sering menuntut pengorbanan: merelakan ego, mempertanyakan kebiasaan, atau bahkan menanggung penolakan sosial. Plato mengingatkan bahwa hidup hanya membaik ketika kita bersedia menukar kenyamanan semu demi wawasan yang mendalam dan transformatif.

Membedakan Kebenaran dan Kenyamanan

Kenikmatan nyaman sering kali bersifat sementara dan bisa menyesatkan. Kenyamanan membungkus jiwa dalam zona aman yang enggan diganggu, sementara kebenaran sering menuntut pengorbanan: merelakan ego, mempertanyakan kebiasaan, atau bahkan menanggung penolakan sosial. Plato mengingatkan bahwa hidup hanya membaik ketika kita bersedia menukar kenyamanan semu demi wawasan yang mendalam dan transformatif.

والله اعلم

 

 

*anwi/ pjmi/ wi/ nf/ 210425

Views: 43

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *