
WARTAIDAMAN.com
Dr.H.M.Suaidi,M.Ag.
Dalam roda kehidupan yang serba cepat, banyak terjebak dalam kebiasaan bereaksi spontan terhadap segala yang terjadi di sekitar. Ketika kabar buruk datang, kita cemas. Ketika seseorang mengkritik, kita marah. Ketika rencana gagal, kita panik. Namun Agama mengajak kita mengambil pendekatan berbeda.
prinsip dasar dari hidup yang berakar pada kesadaran diri dan kebijaksanaan. Dalam konteks Agama, reaksi spontan dianggap sebagai gangguan dari emosi yang tidak dikelola, sementara refleksi adalah bentuk latihan akal budi yang membuat kita tetap tenang, jernih, dan berkarakter.
Reaktif berarti bertindak karena dorongan luar, stimulus dari dunia yang membuat kita kehilangan kendali atas emosi dan keputusan. Reflektif berarti berhenti sejenak, menyadari apa yang terjadi di dalam diri, lalu merespons dengan kebijaksanaan.
Surat Al-Hasyr Ayat 18
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Refleksi diri dalam Islam, atau yang dikenal dengan muhasabah, adalah proses introspeksi dan evaluasi diri untuk memahami dan memperbaiki diri secara spiritual dan moral. Muhasabah mendorong seorang Muslim untuk mengenali dosa-dosa, kesalahan, dan akar penyebabnya, serta merencanakan langkah-langkah perbaikan.
*anwi/ pjmi/ wi/ 310525
Views: 16