Kurban Sebagai Sarana untuk Mengokohkan Ketaatan dan Keikhlasan Kaum Muslimin dalam Membangun Peradaban Bangsa Indonesia – Bagian Dua

Posted by : wartaidaman 18/06/2024
 
WARTAIDAMAN.com   

 

 

Khutbah Idul Adha 1445 H / 2024 M
Oleh : Prof. Dr. H. Eggi Sudjana, SH, M.Si.
Masjid Al Kautsar. Perumahan Griya Anggraini, Jalan Anggaran Raya Blok E14 No.1, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. 

 

إنَّ الحَمْدَ ه لِل نَحْمَدُهُ وَنَسْتَ ه عيْنُهُ وَنَسْتَغْ ه فرُهُ ، و َنَعُوْذُ بهاللهه ه منْ شُرُوْ ه ر أَنْفُ ه سنَا
وَسَيهِّئَا ه ت أَعْمَا ه لنَا ، مَنْ يَهْ ه د ه الله فَلا مُ ه ضلَّ لَه ، وَمَنْ يُضْ ه للْ فَلا هَا ه ديَ لَ هُ ،
وَأشْهَدُ أنْ لا إلهَ إلا الله وَحْدَهُ لا شَريْكَ لَهُ وَأشْهَدُ أن َّ مُح َمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

 

اللََُّّ أَكْبَرُ اللََُّّ أَكْبَر
لا إهلَهَ إهلا اللََُّّ، وَاللََُّّ أَكْ بَرُ
اللََُّّ أَكْبَر وَه لِلَّه الْحَمْدُ

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

 

BAGIAN KEDUA

 

Selanjutnya thawaf, dengan mengelilingi Kabah sebagai fokus utama, telah menunjukkan arah dan tujuan hidup umat Islam yang sama, yaitu menggapai ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala

 

Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al An’am [6]: 162)

Akhirnya pelaksanaan sa’i antara bukit Shafa dan Marwa, memberi makna bahwa menggapai cita-cita di bawah naungan ridho Illahi harus dilaksanakan dengan satu tekad dan keyakinan yang tentunya diikuti dengan kesungguhan dalam usaha dan ikhtiarnya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Ibadah kurban sebagai peristiwa besar kedua pada hari raya Idul Adha merupakan momentum untuk merefleksikan keimanan yang tinggi kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan pemahaman-pemahamannya berupa penyembelihan sifat-sifat kebinatangan yang melekat dalam jiwa dan perilaku kita semua sebagai manusia. Keikhlasan untuk memasrahkan diri sepenuhnya terhadap perintah apapun yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan, tentunya menjadi wujud ketaatan, termasuk perintah berkurban sebagaimana firman-Nya :

 

Sesungguhnya Kami telah memberi Anda nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sebenarnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus. (QS Al-Kautsar [108] : 1-3)

 

Selain wujud taqorrub atau kedekatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ibadah kurban pun telah mengajarkan kepada kita, bahwa segala apa yang ada pada kita, yang secara sadar ataupun tidak sadar dan selama ini selalu menjadi sandaran dan kebanggaan kita, baik itu harta maupun kebanggaan kita. atau keunggulan lainnya yang kita miliki, semata-mata adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala Semuanya hanyalah bersifat sementara, semuanya hanyalah titipan dan amanah. Oleh karena itu, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk mengorbankan apa yang kita miliki, maka tidak ada alasan untuk menolaknya. Manifestasi kesadaran diri dan rasa syukur atas kenikmatan yang banyak dalam berkurban, tentunya mengingatkan kita, bahwa jiwa, harta, dan segala apa yang kita miliki hanyalah alat untuk berjuang dan mengabdi kepada-Nya, bukan menjadi tujuan yang selalu membutakan mata hati dan akal sehat. Keimanan, keikhlasan, dan ketakwaan adalah ruh ibadah kurban. Kemauan untuk berkurban harus terkait dengan ketiganya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

 

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah memerintahkannya untuk kamu agar kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Al Hajj [22]: 37)

 

bersambung ke BAGIAN KETIGA

 

RELATED POSTS
FOLLOW US