WARTAIDAMAN.com
Khutbah Idul Adha 1445 H / 2024 M
Oleh : Prof. Dr. H. Eggi Sudjana, SH, M.Si.
Masjid Al Kautsar. Perumahan Griya Anggraini, Jalan Anggaran Raya Blok E14 No.1, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor.
إنَّ الحَمْدَ ه لِل نَحْمَدُهُ وَنَسْتَ ه عيْنُهُ وَنَسْتَغْ ه فرُهُ ، و َنَعُوْذُ بهاللهه ه منْ شُرُوْ ه ر أَنْفُ ه سنَا
وَسَيهِّئَا ه ت أَعْمَا ه لنَا ، مَنْ يَهْ ه د ه الله فَلا مُ ه ضلَّ لَه ، وَمَنْ يُضْ ه للْ فَلا هَا ه ديَ لَ هُ ،
وَأشْهَدُ أنْ لا إلهَ إلا الله وَحْدَهُ لا شَريْكَ لَهُ وَأشْهَدُ أن َّ مُح َمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
اللََُّّ أَكْبَرُ اللََُّّ أَكْبَر
لا إهلَهَ إهلا اللََُّّ، وَاللََُّّ أَكْ بَرُ
اللََُّّ أَكْبَر وَه لِلَّه الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
BAGIAN KETIGA
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah memerintahkannya untuk kamu agar kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Al Hajj [22]: 37)
Sementara itu, ibadah kurban sebagai sunah muakadah (sangat dianjurkan), mempunyai nilai konsekuensi yang tegas, yaitu manakala seorang muslim yang memiliki kemampuan untuk berkurban, namun ternyata dia tidak mau untuk berkurban, maka Rasulullah Saw. telah memberikan teguran keras, tidak pantas dirinya berada di masjid Allah, sebagaimana sabdanya :
“Barangsiapa yang memiliki kemampuan untuk berkurban, tapi tidak dilakukannya, janganlah dia mendekati tempat salat kami.” (HR Ibnu Majah dan Hakim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dua napak tilas ibadah haji dan ibadah kurban yang terkait erat dengan Nabi Ibrahim as., seorang icon manusia yang begitu dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga diberi gelar Khalilullah (kekasih Allah), menunjukkan bahwa, memaafkan Nabi Ibrahim as telah memberikan pelajaran kepada kita dalam menempuh jalan hidup dan gaya hidup yang diridloi Allah Swt. meskipun harus memilih jati diri yang berlawanan dengan masyarakat pada zamannya. Identitas generasi Nabi Ibrahim begitu cermat dalam memilih mana yang haq dan mana yang bathil, lalu memilah yang haq dan meninggalkan yang bathil. Generasi ini telah memilih syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai sumber kewibawaan, sumber ketaatan, sumber moral, dan sumber inspirasi. Oleh karena itu, Ibrahim sebagai dan generasi pengikutnya telah menjadi suri tauladan bagi umat panutan yang rida akan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sesungguhnya, telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya. (QS Al Mumtahanah [60] : 4)
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun berbuat baik, dan dia mengikuti agama Ibrahim yang lurus ? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangannya. (QS An Nisa [4] : 125)
Oleh karena itu, momentum Idul Adha telah disyariatkan oleh Allah Swt. untuk menegaskan imamah (kepemimpinan) Ibrahim atas segenap muwahhidin (orang-orang yang bertauhid). Allah SWT. berfirman :
Sesungguhnya, Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan contoh lagi kepatuhan kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). (QS An Nahl [16] : 120)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Sesungguhnya banyak hikmah yang bisa kita jadikan ibroh (pelajaran) untuk kita tiru dan teladani dalam perjuangan dan dakwah Nabi Ibrahim as. Mari kita renungkan kembali perjalanan hidup dari Nabi Ibrahim as. dan keluarganya ini untuk kita jadikan pijakan dalam berbagai proses perjalanan hidup kita. Kita jadikan sebagai sumber inspirasi untuk senantiasa mendasarkan niat dan motivasi, serta berazzam atau tekad untuk memperjuangkan kejujuran, keadilan, kedamaian, kesejahteraan, kesetaraan, kemandirian, dan keselamatan bersama. Terlebih lagi, di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang sampai saat ini masih terkungkung dan sulit untuk keluar dari berbagai krisis multidimensi, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, akidah, moral, hukum, serta pertahanan dan keamanan. Konsep pembangunan negeri dan masyarakat yang dirancang oleh Nabi Ibrahim as. sangat relevan dengan situasi dan kondisi negeri kita saat ini, bahkan dunia yang sedang terpuruk. Tentunya konsep tersebut tidak akan terpatok pada satu batas waktu dan tempat tertentu. Namun ia akan tetap menjadi konsep paripurna yang kebenarannya akan berlaku hingga akhir zaman.
bersambung ke BAGIAN KEEMPAT