
WARTAIDAMAN.com
Dr.H.M.Suaidi,M.Ag.
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوولًا
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung-jawaban.(QS. Al-Isra’:36)”
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
Ungkapan manusia punya dua telinga satu mulut, agar banyak mendengarkan bukan banyak bicara. merupakan pepatah yang menekankan pentingnya mendengarkan lebih daripada berbicara. Ini berarti bahwa kita seharusnya lebih aktif dalam menerima informasi dan memahami orang lain daripada menyampaikan pendapat kita sendiri.
Pepatah ini telah lama dikenal dan diakui oleh berbagai budaya sebagai panduan untuk hidup yang lebih harmonis dan efektif. Dengan banyak mendengarkan, kita dapat menghindari konflik, membangun hubungan yang lebih baik, dan belajar dari orang lain.
Epictetus mengatakan bahwa kita memiliki dua telinga dan satu mulut agar kita dapat mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara.
Prof Dr. Quraish Shihab juga mengatakan bahwa Allah memberikan kita satu mulut dan dua telinga agar kita hati-hati dalam mendengar dan berbicara.
Hal ini mendorong kita untuk menjadi pendengar yang aktif dan empati, bukan hanya berbicara.
*anwi/ pjmi/ wi/ nf/ 150525
Views: 42