
WARTAIDAMAN.com
Dr.H.M.SUAIDI,M.Ag.
Mahabah Imam al-Bushiri kepada Rasulullah saw tergambar dalam syair-syair Qasidah Burdah. Di dalamnya tidak hanya menjelaskan bagaimana cara meningkatkan spiritual dan moral, namun juga mengajarkan hakikat cinta yang sebenarnya kepada Rasulullah saw, sekaligus pengakuan bagi umat Nabi Muhammad saw dalam hal tidak punya amalan apapun yang dapat diandalkan tanpa mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat.
Imam al-Bushiri bernama lengkap Muhammad bin Sa’id bin Himad bin Abdullah ash-Shanhaji al-Bushiri al-Mishri. Ia lahir di desa Dalas, salah satu desa Bani Yusuf di dataran tinggi Mesir pada 609 H. Al-Bushiri kecil kemudian tumbuh di Bushir, desa asal ayahnya. Nisbat atau sebutan al-Bushiri menunjuk pada desa tersebut. Al-Bushiri wafat pada tahun 696 H, ketika berumur 87 tahun dan dimakamkan di dekat makam Syaikh Abil ‘Abbas al-Mursi di kota Iskandaria, Mesir.
Sejak kecil al-Bushiri dididik ilmu Al-Qur’an oleh ayahnya secara langsung. Ia besar dari keluarga yang sangat mencinta ilmu. Tidak heran jika ia kemudian menjadi sosok ulama yang sangat alim. Selain dari ayahnya, al-Bushiri juga mengembara untuk mencari ilmu kepada para guru. Di antara gurunya adalah Syekh Abul ‘Abbas al-Mursi, ulama yang dikenal sebagai wali qutb dan murid kesayangan Imam Abu Hasan as-Syadzili, pendiri tarekat Syadziliyah. (‘Ali al-Qari, az-Zibdah fî Syarhil Burdah, [Turki, Hidâyatul ‘Ârifîn: 1991], halaman 13; dan Muhammad Yahya, al-Burdah Syarhan wa I’râban, [Damskus, Dârul Bairuti: 1999], halaman 6).
Kemasyhuran Qasidah Burdah tidak lepas dari peran penulisnya yang sangat ikhlas dan penuh kecintaan disertai harapan syafaat kepada Rasulullah saw, sehingga menjadikan tulisannya sangat dikenal dan selalu menggema di belahan dunia. Bahkan Qasidah Burdah tidak hanya menjadi bahan bacaan, namun juga menjadi salah satu kitab yang banyak disyarahi oleh ulama. Di antara ulama yang mensyarahinya adalah, Syekh Ali al-Qari, Imam al-Baijuri, Syekh Badruddin Muhammad al-Ghazi dan ulama lainnya.
Muqaddimah Syarhul Burdah karya Imam al-Baijuri diceritakan, penulisan Qasidah Burdah bermula ketika Imam al-Bushiri menderita sakit lumpuh. Ia tidak dapat melakukan apa pun, hanya berdiam tanpa dapat melakukan apa-apa. Akhirnya Imam al-Bushiri mengisi kekosongan waktunya dengan menulis pujian-pujian indah tentang Nabi Muhammmad saw dengan harapan agar mendapatkan syafaat darinya, sebagaimana dijelaskan:
رُوِيَ أَنَّهُ أَنْشَأَ هَذِهِ الْقَصِيْدَةَ حِيْنَ أَصَابَهُ فَالِجٌ، فَاسْتَشْفَعَ بِهَا إِلَى اللهِ تَعَالَى. وَلَمَّا نَامَ رَأَى النَّبِي فِي مَنَامِهِ، فَمَسَحَ بِيَدِهِ الْمُبَارَكَةِ بَدَنَهُ فَعُوْفِيَ
Diriwayatkan sesungguhnya Imam al-Bushiri menggubah Qasidah Burdah ini ketika sedang menderita sakit lumpuh, kemudian ia memohon syafaat kepada Allah swt dengannya. Lalu ketika tidur, beliau bermimpi bertemu Nabi Muhammad saw, kemudian Nabi Saw mengusap badan al-Bushiri dengan tangan yang penuh berkah, dan setelah itu al-Bushiri pun sembuh.” (Al-Baijuri, Syarhul Burdah, [Mesir, Maktabah ash-Shafa: 2001], halaman 3).
Kemudian Imam al-Bushiri memberikannya. Setelah itu, banyak orang mengambil berkah darinya sekaligus menjadikannya sebagai wasilah untuk kesembuhan. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Imam al-Baijuri, bukan berarti memohon keselamatan dan kesehatan dengan lafal-lafal yang ada dalam Qasidah Burdah dan menganggapnya memiliki otoritas untuk menyembuhkan penyakit, namun murni bertawassul kepada Rasulullah saw dengan perantara Qasidah Burdah. Lebih lanjut Imam al-Baijuri menegaskan
أَصْبَحَ النَّاسُ يَتَبَرَّكُوْنَ بِهَا وَيَسْتَشْفِعُوْنَ بِهَا، عَلَى أَنَّ الْاِسْتِشْفَاءَ بِهَا لَيْسَ اسْتِشْفَاءً بِأَلْفَاظِهَا، وَاِنَّمَا هُوَ اِسْتِشْفَاءً بِرَسُوْلِ اللهِ
Banyak orang mengambil berkah Qasidah Burdah dan memohon syafaat dengannya, berdasarkan prinsip bahwa permohonan syafaat dengannya bukan dengan lafal-lafalnya, akan tetapi pada hakikatnya adalah memohon syafaat dengan Rasulullah saw. (Al-Baijuri, Syarhul Burdah, halaman 4).
Imam Al-Bushiri tidak hanya menulis pujian-pujian yang ditunjukkan kepada Rasulullah saw dan peningkatan spiritualitas kepada Allah, namun juga menjelaskan kelahiran Rasulullah saw, mukjizat-mukjizat Al-Qur’an, nasab dan keturunan Rasulullah saw, mengingatkan manusia dari bahaya hawa nafsu, menceritakan Isra’ Mi’raj, menjelaskan jihad dan peperangan Rasulullah saw, juga menjelaskan tawasul dan permohonan syafaat, kemudian ditutup dengan munajat dan ungkapan perasaan hina di hadapan Allah swt.
Muga bermsnfaat
aw/ pjmi/ wi/ nf/ 130325
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Ayoo...Bantu Bangun Kembali Masjid Palestina Rp.10.000 Insyaa ALLAH cukup, mau lebih bagus, mau rutin lebih bagus untuk berdonasi aman, klik link di bawah ini https://lazisdmi.com/campaign/bantu-bangun-kembali-masjid-palestina?ref=1hhm4
BACA JUGA :
LAZIS DMI Luncurkan Gerakan Nasional “Infaq 10rb untuk Bangun Kembali 100 Masjid di Gaza” Ajakan untuk Memakmurkan dan Dimakmurkan Masjid di Bulan Ramadhan