
WARTAIDAMAN.com
Dr.H.M.Suaidi,M.Ag
Orang bijak bukanlah yang punya segalanya, tetapi yang tahu kapan harus berhenti mengejar sesuatu.
Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada kufur nikmat yang lebih besar dari pada tamak.(HR. Tirmidzi). Tamak adalah bentuk kufur nikmat karena tidak menghargai nikmat yang telah diberikan Allah dan terus menginginkan
Dari Ibnu ‘Abbas, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
Seandainya manusia diberi dua lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.(HR. Bukhari )
Era digital saat ini, media sosial memperparah siklus keinginan tanpa akhir. Fitur-fitur visual yang menampilkan kesuksesan orang lain secara berlebihan kerap membuat pengguna terjebak dalam perbandingan sosial. Tak sedikit yang merasa harus selalu meningkatkan gaya hidupnya demi terlihat berhasil.
Pola pikir seperti ini menyebabkan kelelahan emosional dan krisis identitas, Padahal ketenangan justru datang dari menerima hidup secara apa adanya (Qana’ah), bukan dari terus-menerus mengejar lebih.terjebak ketama’an dan keserakahan.
*anwi/ pjmi/ wi/ nf/ 070525
Views: 44