
Gambar kiri: foto situasi masjid Ba'da Magrib 18/0725 Gambar kanan: foto Artikel Majalah Dinding Masjid dengan judul ""SEJARAH SINGKAT MASJID AL MANSHUR KAUM CILEUNGSI" (foto: Irwan Suhendar)
WARTAIDAMAN.com
Tertulis Keterangan Gambar pada Artikel “SEJARAH SINGKAT MASJID AL MANSHUR KAUM CILEUNGSI” di Majalah Dinding Masjid:
Dokumentasi Masjid Kaum Cileungsi oleh Tentara Belanda saat Menguasai Cileungsi sekitar tahun 1947 dengan keterangan foto berbahasa Belanda “Moskee Tjileungsir West Java” dengan disisipkan foto Raden Haji Manshur.
AWAL MULA PENDIRIAN
Masjid ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 1800an oleh salah seorang ulama dari Lebak Banten yang menetap di Cileungal Bogor, bernama Raden Muhammad Yusuf bin Syekh Mohammad Alim yang merupakan keturunan dari Syekh Abdul Karim Banten.
Pada awal mulanya Raden Haji Muhammad Yusuf berdakwah di lingkungan masyarakat kampung kaum dengan membaur bersama masyarakat sekitar, kemudian lambat laun pengaruhnya di lingkungan masyarakat menjadi sangat dihormati sebagai seorang tokoh ulama yang sangat disegani, disaat bersamaan datang pejabat Belanda, urusan pribumi yang berkuasa di wilayah Cileungsi untuk menawari beliau jabatan sebagai Penghulu Agama, sebelum menerima tawaran tersebut beliau mengajukan syarat kepada pejabat Belanda tersebut agar dibangunkan sebuah Masjid untuk kepentingan masyarakat Cileungsi dan sekitarnya.
Pejabat Belanda tersebut menyanggupi syarat dari Raden Haji Muhammad Yusuf. Dengan bantuan dana dari Tuan taneh Cileungsi yaitu Perusahaan Michiels Arnold Landen dikerjakan bersama-sama masyarakat sekitar juga, maka dibengunlah sebuah Masjid Besar yang memiliki Arsitektur Bangunan unik bergaya campuran Timur Tengah. Eropa, Tionghoa, dan Lokal yang diberi nama Masjid Kaum yang pada perjalanannya berganti-ganti nama. Salah satunya pernah bernama Masjid Al Huda kemudian Nurul Huda sampai akhirnya menjadi Masjid Al Manshur.
Sepeninggal Raden Haji Muhammad Yusuf bin Syekh Mohammad Alim, kepengurusan Masjid dan status Penghulu Agama diserahkan kepada Putranya yang bernama Raden Haji Manshur atau yang lebih dikenal dengan nama Syekh Manshur/ Penghulu Manshur.
Penghulu Manshur sebagai seorang Tokoh Kasepuhan sekaligus Ulama Kharismatik Cileungsi, semasa hidupnya memiliki Pengaruh yang sengat besar dilingkungan Masyarakat Cileungsi, beliau juga mendirikan sebuah Pondok Pesantren atau Majelis agama untuk masyarakat yang ingin menimba ilmu agama islam lebih mendalam. Banyak santri yang tidak hanya berasal dari wilayah Cileungsi namun juga dari berbagai daerah lain di luar Cileungsi.
Atas ketokohan dan jasa yang luar biasa dari Penguhulu Manshur, masyarakat Cileungsi sudah terbiasa menyebut Masjid itu dengan sebutan Masjid Ama Manshur, maka lambat laun nama Masjid Kaum Cileungsi berganti nama menjadi Masjid Al Manshur seiring perkembangannya.
Setelah Penghulu Manshur wafat, yang menjadi Penerus berikutnya adalah Mama KH. Siradz putra dari Penghulu Manshur. Masyarakat mengenalnya dengen sebutan Ama Siradz, beliau meneruskan kepengurusan Masjid ini dengan menjadi seorang Imam dan Pengajar agama. Sama seperti para pendahulunya beliau memiliki Kharisma yang luar biasa sebagai seorang Tokoh agama, namun hidup dalam kesederhanaan sehingga beliau sangat dihormati dan disegani oleh masyarakat Cileungsi
PEMINDAHAN
Masjid Al Manshur terkena dampak dari Pelebaran Jalan Nasional yang dibangun Pemerintah pada tahun 1990an. Jalan yang menghubungkan Cibubur yang menembus hingga sampai ke Cileungsi ini memberikan dampak bagi bangunan Masjid Al Manshur, karena jalan yang diperlebar sampai mengenai teras masjid sehingga masjid harus direlokasi ketempat lain. Setelah dimusyawarahkan maka Masjid dipindahkan ke lahan lapangan bola ex Alun- alun Lama, yang posisinya berada di Barat Daya dari Masjid lama. Setelah dibangun Masjid yang baru, nama Masjid menjadi Al Muqarrobun.
Namun agar tidak menghilangkan nilai Sejarah dari bangunan Masjid Lama yang telah dibongkar, maka nama Masjid yang baru tetap memakai nama Al Manshur yang kemudian digabungkan dengan nama baru Al Mugorrobun dan karena statusnya sebagai Masjid Kecamatan yang menyandang gelar masjid besar, maka akhirnya namanya menjadi Masjid Besar Al Manshurunal Muqarrobun
sumber (Ba’da Sholat Maghrib, 18/07/25): Artikel di Majalah Dinding Masjid AL MANSHUR KAUM CILEUNGSI, tidak tertulis nama penulis
Diketik ulang oleh: Irwan Suhendar/ bnjnf
*irsh/ pjmi/ wi/ nf/ 180725
Views: 24