SALAHUDIN JALAL TANJUNG: episode 7 _Niki_

Posted by : wartaidaman 29/10/2025

 

WARTAIDAMAN.com   

 

 

“Kembalikan serulingku! Setelah itu kita berunding lagi dari awal,” kata Adi, untuk menjaga rasa malu, karena harus kekeh pada egonya sebagai raja.

“Baik, Paduka. Namun, jika Paduka tetap ingin menjadikan Sumaidah sebagai istrimu, Sumaidah ingin membawa Ayah Ki Ning ke istana,” kata Sumaidah, sambil memegangi kedua tangan Adi, seolah ingin meminta persetujuan.

Ki Ning yang mempunyai kesaktian ajian BuJin tentu saja mendengar pembicaraan antara Adi dan Sumaidah tentang dirinya. Dia pun menghela napas. Tidak ingin melihat Sumaidah, anak perempuan satu-satunya yang sangat mirip dengan mendiang ibunya Umi Zahra itu, gagal mendapatkan Adi sebagai suami, hanya karena dirinya. Ki Ning ikhlas berkorban untuk Sumaidah, kalaupun dia tidak dikehendaki Adi ikut ke istana Kerajaan Matraman Raya. Ki Ning pun segera mencoba mengerahkan ajian BuJin untuk mencoba membagi kekuatan ajian itu.

Adapun para BuJin itu, ternyata ada yang berkecenderungan baik. Namun, ada yang berkecenderungan jahat. Jika para BuJin, yang berkecenderungan baik itu dominan, maka pada saat mendapat sasaran musuh, para pemuda yang sebetulnya hanya ingin mengenal Sumaidah, mereka hanya akan membuat pemuda-pemuda itu takut hingga pingsan. Namun, jika ada pemuda yang memang bermaksud jahat kepada Sumaidah, maka para BuJin yang berkenderungan jahat itu yang beraksi berlebihan, sehingga sampai ada sasaran yang mati kaku.

Pada saat Ki Ning ingin membagi kekuatan ajian BuJin kepada Adi, dia sedang dalam keadaan ikhlas karena ingin membahagiakan Sumaidah, maka para BuJin yang berkecenderungan baik itu pun masuk kembali kepada dirinya.

Tanpa Ki Ning sadari seruling Adi pun sudah ada dalam genggamannya. Tentu saja Ki Ning terkejut. Ternyata anggota BuJin yang berkencederungan baik itu yang tertarik kepada seruling Adi.

Pada saat yang sama para BuJin yang berkecenderungan jahat masuk ke tubuh Adi. Adi yang tidak sadar, kalau dirinya telah dimasuki jin-jin jahat, merasa badannya sangat panas dan wajahnya memerah. Adi berasa ingin marah.

Melihat hal itu, Sumaidah yang tidak tahu dengan yang terjadi pada Adi, merasa khawatir akan terjadi sesuatu yang berbahaya pada calon suaminya itu, maka dia pun berteriak:

“Ayah, apa yang terjadi pada Paduka Raja Adi ini?”

Dengan ilmunya yang tinggi Ki Ning yang masih berada di dekat pusara Umi Zahra, dapat mendengar teriakan Sumaidah yang penuh khawatir terhadap kondisi yang terjadi pada Adi.

Mengetahui Sumaidah yang cemas terhadap kondisi Adi itu, maka Ki Ning pun segera melemparkan seruling ditangannya ke arah Adi. Ki Ning bermaksud mengembalikan seruling itu kepada pemiliknya.

Seruling Adi pun melayang menuju ke tuannya. Melihat serulingnya melayang mendekat kepadanya, Adi pun dengan tangkas menangkap seruling itu. Setelah memegang seruling itu, Adi merasa lebih nyaman. Adi kembali percaya diri dengan kesaktiannya setelah memegang seruling itu. Dia memang terlenal dengan julukan Pendekar Seruling Sakti.

“Ki Ning. Aku Adi, Pendekar Seruling Sakti, Raja Kerajaan Matraman Raya, dengan ini melamar Sumaidah untuk menjadi istriku. Bagaimana pendapatmu?” kata Adi mulai sombong lagi, setelah mendapatkan serulingnya.

“Paduka, Ki Ning itu ayahku!” seru Sumaidah.

“Iya, ya. Bagaimana Ki Ning?” lanjut Adi.

“Seruling itu, adalah tanda persetujuanku, Paduka Raja,” kata Ki Ning yang masih berada di dekat pusara Umi Zahra. Dia tidak ingin menghalangi kebahagiaan Sumaidah yang ingin menjadi istri Adi, Raja Kerajaan Matraman Raya itu. Walaupun Ki Ning tahu bahwa pasukan Bu Jin yang masuk ke dalam tubuh Adi adalah pasukan BuJin yang berkencerungan jahat. Sementara pasukan BuJin yang masuk kembali kepadanya, adalah yang berkencenderungan baik, adanya seruling yang dibawa salah satu anggota pasukan BuJin yang memberikan seruling itu kepadanya dapat menjadi tanda tersebut.
Akan tetapi, dengan adanya pasukan BuJin yang ada dalam tubuh Adi, maka Raja Kerajaan Matraman Raya itu akan menjadi semakin sakti. Saat ini, walaupun kekuatan BuJin yang dia miliki masih membuat dirinya sakti. Namun, bisa jadi dia, bahkan mungkin bukan pula merupakan tandingan Adi lagi.

Sumaidah yang tidak mengetahui hal itu, begitu bahagia mendengar jawaban Ki Ning. Tanpa basa-basi lagi, dia pun segera menggandeng tangan Adi dan menariknya untuk diajak menemui Ki Ning. Adi pun melihat rencananya ingin memperistri Sumaidah telah berhasil, lalu mengikuti langkah Sumaidah, tanpa bersuara lagi.
***

Setelah pernikahan Adi dan Sumaidah berlangsung secara sederhana, di rumah Ki Ning, yang ternyata terletak di Pegunungan Menoreh Adi pun diajak Suamidah ke tempat wisata Kalibiru. Di sana, Adi menikmati pemandangan yang luar biasa indah.

Tampak dari gardu pandang yang dibangun di Kalibiru, lanskap daerah perbukitan serta hamparan biru Waduk Sermo.

Pada saat Adi berdiri menatap keindahan alam di gardu pandang itulah tiba-tiba Adi mendapat bisikan dari Nyai Langit Utara.

“Adi, segeralah pergi ke arah Barat, cari wanita lain lagi sebagai selirmu. Namun, pesanku hanya satu. Jangan sampai kau berjumpa ibumu, Niki!”

Untuk sesaat badan Adi terasa menjadi kaku karena hal itu. Lalu dengan perlahan, Adi mencoba untuk kembali tenang. Setelah itu Adi mengasah akal untuk mencari alasan bisa pergi meninggalkan Sumaidah.

“Istriku, sepertinya istana Kerajaan Matraman Raya ingin aku melanjutkan perjalanan, dalam rangka meningkatkan kemampuanku dalam hal olah cipta, rasa dan karsa. Bahkan aku harus menjalani tapa ngrame,” kata Adi.

“Tapa Ngrame? Apa itu, Paduka?” tanya Sumaidah.

“Bertapa di tengah keramaian. Aku harus berjalan sendiri menuju istana Kerajaan Matraman Raya. Nanti pada saatnya, kamu boleh menyusulku ke istana bersama Ki Ning,” lanjut Adi beralasan.

“Baiklah, Paduka. Kalau itu menjadi keputusan Paduka. Sumaidah sudah senang kalau Paduka mengizinkan, hamba untuk membawa Ayah ke istana,” kata Sumaidah.
***

Pada saat Adi kembali melakukan perjalanan ke Barat dari Bukit Menoreh, dengan ilmu meringankan tubuhnya yang meningkat pesat setelah mendapat bagian ajian BuJin Ki Ning. Saat Adi masih melayang-layang di antara pepohonan di hutan, tiba-tiba Adi melihat tempat wisata yang indah di bawah kaki Gunung Slamet. Adi pun segera mendekat destinasi wisata Baturaden itu.

Adi begitu senang karena ada air terjun di sana. Adi duduk di sekitar air terjun. Saat dia melihat seekor hewan ampibi di dekat tempat dia duduk, maka ditangkaplah hewan itu, lalu dimasukkan ke air. Untuk sejenak Adi melamun, setelah melepaskan hewan itu. Namun, itu tidak berlangsung lama, karena tiba-tiba ada suara perempuan yang memanggil namanya.

“Adi.”

“Ibu,” kata Adi setelah melihat perempuan yang datang memanggilnya adalah Niki, ibunya.

Tanpa basa-basi, Niki pun langsung mendekap Adi dengan kuat, sampai Adi megap-megap di belahan dada Niki.

“Adi, biasanya kamu haus, kalau melihat Ibu, kan?”

Adi pun kembali terbius oleh pengalaman masa lalu bersama ibunya, yang sejak kecil menjadikan dia seperti suaminya. Namun, tiba-tiba datang Panglima GaZa mendekati mereka. Panglima Gaza yang kehilangan jejak Adi sejak dari Surabaya, tiba-tiba saja ingin menjumpai Niki di Baturaden. Akan tetapi, secara kebetulan menjumpai Adi dengan Niki, yang sedang bertindak tidak senonoh di tempat ramai.

“Niki. Saat ini Adi sudah menjadi Raja di Kerajaan Matraman Raya. Jaga wibawa Adi di depan umum!” seru Panglima GaZa.

“Raja Kerajaan Matraman Raya? Sungguhkah itu Adi?” tanya Niki, sambil mengangkat kepala Adi dari dadanya, sehingga dia dapat melihat wajah Adi dengan jelas, untuk memastikan perkataan Panglima GaZa.

“Benar, Bu.”

“Kalau begitu, ayo cepat kita ke Istana Kerajaan Matraman Raya. Ibu sudah rindu masuk istana,” kata Niki, lalu mencium bibir Adi sampai dia kembali sulit bernapas.

 

 

 

oleh: MJK, jurnalis PJMI.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*mjkr/ wi/ nf/ 281025

Views: 15

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *