Begitu melihat kondisi Tiga Pendekar Langit Danang, Sayidin Panotogomo, Pangeran Hafiz Bagus Tinukur sudah bertempur habis-habisan dengan Abu Arang dan dapat dipastikan mereka tidak akan mampu memenangkan satu sama lain, sehingga mereka akan terjebak sampai mati sampyuh bertiga, Adi pun pergi melompat kegirangan menuju Kerajaan Matraman Raya. Adi tidak tahu, kalau kemudian Wahyudi datang pada saat yang tepat. Datangnya Wahyudi, telah membuat kesaktian aji Bandung Bondowoso Danang, Sayidin Panotogomo, sontak meningkat.
Ajian Bandung Bondowoso Danang, yang didapatkannya dari Ratu Langi Utara, dapat digunakan oleh dua orang, jika kedua oarng itu bersahabat baik. Wahyudi merupakan sahabat baik Danang, Sayidin Panotogomo. Ajian itu juga akan meningkat kekuatannya menjadi berlipat ganda, kalau digunakan oleh dua orang, seperti Danang dan Wahyudi. Tadinya Danang, Sayidin Pantogomo hanya mampu mengerahkan sebagian kekuatan aji Bandung Bondowoso, untuk menghadapi kekuatan aji Telapak Tangan Langit tangan kiri Abu Arang, sementara tangan kanan Abu Arang menyerang Pangeran Hafiz Bagus Tinukur.
Posisi Tiga Pendekar Langit itu seperti terkunci, tanpa seorang pun di antara mereka mampu melepaskan diri, karena jika itu terjadi, maka akan membahayakan kondisi mereka sendiri. Bukan tidak mungkin, hal itu akan membuat nyawanya melayang lebih dulu dari yang lain.
Akan tetapi, situasi buruk yang akan terjadi pada ketiga Pendekar Langit, Danang, Sayidin Panotogomo, Bagus Tinukur dan Abu Arang pun segera berubah begitu Wahyudi datang. Mereka bertiga disadarkan oleh Wahyudi kalau Adi mengambil kesempatan di dalam kesempitan, saat mereka bertiga bertempur habis-habisan sampai terjebak pada kondisi saling mengunci yang dapat menghabisi jiwa mereka bertiga.
Sementara Adi yang menganggap sudah mampu membuat Tiga Pendekar Langit itu tak berdaya dan tidak lama lagi mereka akan menghadapi kematian, terbang sambil berteriak, jika dia telah mampu mengalahkan Danang dan akan merebut takhta Kerajaan Matraman Raya. Suara Adi itulah yang tersebar dari mulut ke mulut, HP ke HP, sehingga viral dan sampai ke Putri Raisa di Istana Kerajaan Matraman Raya. Tentu saja Putri Raisa menjadi galau karenanya.
Dengan kemampuan ginkangnya, Adi bagai terbang di antara pepohonan dari Surabaya menuju Matraman Raya. Tanpa Adi sadari, karena niat besarnya untuk segera menduduki takhta sebagai raja Kerajaan Matraman Raya, dia terbang di atas Hutan Mantingan. Di hutan itulah Adi tiba-tiba terjerembab.
Adi tidak tahu, kalau konon kabarnya, Hutan Mantingan merupakan hutan tempat pertempuran terakhir pasukan Raden Patah dengan tentara Majapahit. Banyak korban yang jatuh, mati di hutan Mantingan. Bahkan bisa jadi banyak jin dan hantu yang masih bergentayangan di Hutan Matingan. Danang, Sayidin Panotogomo, Bagus Tinukur dan Abu Arang telah mengalami perostiwa ghaib itu. Danang, Sayidin Panotogomo bahkan telah menjadi suami dari Ratu Langit Utara dan mendapat hadiah ajian Bandung Bondowoso serta ajian musik tradisional yang mampu mengganggu fokus pikiran lawannya.
Adi terkejut saat dia jatuh.
Tiba-tiba kakinya bukan menginjak tanah, tetapi menginjak awan. Namun, dia tidak merasa terus jatuh, justru tubuhnya berdiri tegak di atas awan. Belum selesai Adi terkejut, tiba-tiba ada suara yang memanggil namanya dari bagian paling atas sebuah bangunan yang mirip candi.
“Adi, suamiku, ayo naiklah ke sini. Aku sudah menunggumu!” Terdengar suara merdu dari seorang wanita cantik di atas sana.
Dari suara wanita itu, Adi sudah berpikir bahwa wanita yang memanggilnya pasti seorang wanita cantik.
Siapa wanita cantik itu? Lalu, mengapa dia memanggilku, suami? tanya Adi dalam hati.
Namun, Adi tidak mau berpikir panjang lebar. Dirinya seakan terbius karena wanita cantik di atas sana itu memangilnya. Tentu saja Adi dengan penuh semangat lalu mencoba menaiki tangga bangunan itu. Sesampainya di atas, dia melihat seorang wanita yang begitu cantik jelita, memakai pakaian bak ratu, dengan belahan dada yang sangat rendah. Bergetar Adi melihat wanita cantik jelita itu.
“Mendekatlah kepadaku sini, Adi suamiku!” seru wanita cantik itu.
“Siapakah … dirimu … Ratu?” tanya Adi bingung.
“Aku Ratu Langit Utara, Adi. Permaisurimu. Ayo segeralah mendekat padaku!” seru wanita yang menyebut dirinya Ratu Langit Utara dan mengaku sebagai permaisurinya.
Mendengar dirinya dianggap raja oleh Ratu Langit Utara itu, maka Adi pun segera bergegas menghampiri dan bukan hanya ingin duduk di dekatnya, dia bahkan ingin memeluknya. Namun, sebelum niat Adi kesampaian, pada saat Adi sudah berada sangat dekat dengan Ratu Langit Utara dan kedua tangannya akan memeluk Ratu Langit Utara, tiba-tiba kepalanya dipukul oleh Ratu Langit Utara, sehingga membuat dia terduduk di hadapan Ratu itu.
“Berjanjilah kepadaku, bahwa mulai saat ini, kau akan patuh dan taat kepadaku!” seru Ratu Langit Utara sambil membungkukkan badannya, sehingga Adi semakin jelas melihat pemandangan indah dari bagian tubuhnya.
Hal itu membuat hasrat lelaki Adi memuncak, jantungnya berdetak lebih cepat. Sejak berpisah dari Putri Ming, yang bertapa tanpa sehelai benang pun, Adi sudah lama tidak menikmati pemandangan seperti itu.
Tanpa dia ketahui, risiko yang akan dihadapi jika mengikuti perintah Ratu Langit Utara, yang sesungguhnya jin penunggu Langit Utara, dia pun tidak kuasa lagi menolak perintahnya. Dalam pikiran Adi saat itu, hanyalah ingin segera menikmati keindahan milik Ratu Langit Utara. Godaan nafsu membuat Adi lupa kalau itu merupakan perbuatan maksiat yang dilarang agama.
“Aku berjanji akan taat dan patuh kepadamu, Ratu,” kata Adi.
Begitu berhadapan dengan lawan jenis yang begitu memikat hatinya, Adi lupa bahwa dia tidak boleh taat dan patuh selain kepada Allah Rabbul Alamin.
Di samping sejak kecil Adi tidak mendapatkan pendidikan agama dan bahkan terbawa oleh nafsu Niki, ibu kandungnya, yang justru memperlakukan Adi bagai suami karena Adi begitu mirip dengan ayahnya, Raja Adi. Dia pun pernah dilatih membangkitkan kekuatannya oleh kecantikan Putri Ming yang bertapa tanpa sehelai benang pun. Latihan yang bukan saja membuat Adi menjadi sakti, dengan Seruling Saktinya.
Namun, juga membuat dia melakukan hubungan terlarang dengan Putri Ming yang memiliki kulit tubuh putih bagai pualam. Begitu bertemu dengan Ratu Langit Utara yang begitu cantik, dan berpakaian panas, Adi pun lupa akan segalanya.
Pikirannya hanya dipenuhi keinginan untuk dapat memenuhi hasrat lelakinya bersama Ratu Langit Utara.
“Namun, karena sebelumnya, kamu sudah menikmati kesenangan dengan Putri Ming, kamu tidak akan mendapatkan kesaktian dariku. Aku hanya akan menjadi permaisurimu. Kamu akan menjadi raja di Kerajaan Matraman Raya. Kamu juga boleh mempunyai istri lagi. Namun, hanya sebagai selir.”
“Ratu … kamu cantik sekali …,” desis Adi.
“Bersenang-senanglah bersamaku, Adi. Aku permaisurimu. Reguklah kenikmatan ini sepuasmu.”
“Tetapi setelah ini, pada saat menjadi raja di Kerajaan Matraman Raya, kamu harus bergelar Sayidin Panotogomo untuk mengukuhkan dirimu sebagai raja.”
“Kamu juga harus dapat menemukan wanita lain untuk kamu jadikan selirmu. Untuk itu, nanti berjalanlah ke barat, mencari wanita-wanita itu.” Ratu Langit Utara terus berpesan, tetapi sudah tidak lagi diperhatikan Adi, karena dirinya sudah terbius oleh kemesraan hubungan dengan ratu jin yang sangat cantik itu.
Tanpa Adi sadari, setelah melakukan hubungan terlarang dengan Ratu Langit Utara itu, tubuhnya tiba-tiba terempas di sebuah pegunungan.
Tentu saja Adi kaget. Rasanya belum puas dia berasyik-masuk dengan Ratu Langit Utara. Namun, saat ini Adi justru mendapatkan dirinya, sudah berada di sebuah pegunungan yang tidak dikenalnya.
oleh: MJK, jurnalis PJMI.
*mjkr/ wi/ nf/ 101025
Views: 27











