SALAHUDIN JALAL TANJUNG: episode 9 _Taubat_

Posted by : wartaidaman 29/10/2025

 

WARTAIDAMAN.com   

 

 

 

“Salahuddin, mengapa kamu masih di sini?” tanya Danang, Sayidin Panotogomo.

“Ki Ageng Batman, perintahkan hamba untuk menjaga Paduka di sini,” jawab Salahuddin polos.

“Lalu Eyang Ki Ageng Batman ke mana?” tanya Danang, Sayidin Panotogomo lagi.

“Saat Paduka pingsan tadi, Ki Ageng Batman, bersama kedua istri beliau serta Wahyudi, berangkat ke istana Matraman Raya. Kata Ki Ageng Batman, beliau akan menyelamatkan keluarga istana dari ancaman Adi,” balas Salahuddin.

“Waduh, kamu ini, bagaimana? Kamu yang kutugaskan untuk menyelamatkan keluargaku di istana Matraman Raya, bukan Eyang ki Ageng Batman. Beliau bukan tandingan si licik Adi. Sedang ayahandaku Ustaz Bonda Kaja, bukan tandingannya. Kesaktian Adi Seruling Sakti itu masih di atas ayahandaku, Ustaz Bondan Kaja. Walaupun si licik Adi itu, harus berhadapan dengan Ayahandaku Ustaz Bondan Kaja, bersama Eyang Ki Ageng Batman dan Wahyudi, yang tidak lagi mampu menggunakan ajian Bandung Bondowoso, dan sepertinya dia tidak juga tidak mau berkelahi lagi, si licik Adi seruling Sakti itu sangat berbahaya bagi mereka.”

“Salahuddin, dengan kesaktian ajain Telapak Tangan Langit dan Seribu Bulan yang kau miliki atas pemberian Pendekar Langit Abu Arang, maka saat ini hanya kamu yang mampu menandingi si licik Adi Seruling Sakti itu,” jelas Danang, sayidin Panotogomo.

“Mengapa kamu biarkan Eyang Ki Ageng Batman pergi ke istana Matraman Raya untuk menempuh bahaya?” tanya Danang dengan rasa penyesalan yang dalam, tidak tahu kalau ternyata Ki Ageng Batman dan Wahyudi mengambil inisiatif sendiri, tanpa memperhitungkan kekuatan sendiri. Jika sampai rombongan mereka berperang dengan Adi Seruling Sakti, situasi dan kondisi dapat menjadi semakin buruk.

“Hamba, tidak tahu letak istana Kerajaan Matraman Raya, Paduka. Saat hamba akan melaksanakan tugas, yang Paduka berikan, hamba kembali lagi karena tidak tahu arah dan jalan yang harus ditempuh. Sementara waktu hamba ingin bertanya lokasi istana Matraman Raya kepada Paduka, Paduka sedang pingsan,” jelas Salahuddin.

“Tapi seharusnya, kan kalian dapat membangunkanku, supaya aku dapat menjalankan titah. Dengan begitu, Eyang Ki Ageng Batman dan Wahyudi tidak perlu berangkat menempuh bahaya ke istana Kerajaan Matraman Raya. Namun, kalau sudah kejadian begini, lalu bagaimana kalau nanti Eyang Ki Ageng Batman dan Wahyudi beserta rombongan dan keluarga istana kerajaan, mengalami hal buruk dikalahkan Adi si Seruling Sakti. Kan jadi berabe, Salahuddin,” jelas Danang, Sayidin Panotogomo panjang lebar.

“Paduka Raja Danang. Jangan Paduka salahkan juga Salahuddin. Dia kan belum paham seluk beluk dunia. Anak muda seperti Salahuddin juga Jalal dan Tanjung ini masih harus banyak dibina, dibimbing, bukan dicela perbuatannya. Nanti mereka, anak-anak muda itu tidak dapat berkembang dengan baik mentalnya. Kesaktian yang mereka miliki, dapat tidak berguna kalau mental mereka jatuh. Sayang, kan, kalau sampai terjadi seperti itu. Usaha kita, susah payah, menurunkan ilmu tinggi kepada mereka bertiga bisa tidak berguna,” kata Pendekar Langit Abu Arang yang juga baru saja sadar, dan secara pelan mendengar pembicaraan antara Danang, Sayidin Panotogomo dengan Salahuddin.

“Apakah Paduka menghendaki mereka bertiga, Salahuddin, Jalal dan Tanjung, begitu?” tanya Pendekar Langit Abu Arang.

“Ya, tapi saat ini, dengan keberangkatan Eyang Ki Ageng Batman dan Wahyudi beserta rombongan akan menempuh bahaya besar, jika mereka bertemu si licik Adi. Kita saja saat ini merasakan akibat dari kelicikan si Adi Seruling Sakti itu. Kita semua terluka, tanpa tahu kapan dapat pulih. Sungguh sangat berbahaya, jika kondisi kita ini menimpa rombongan Eyang Ki Ageng Batman,” balas Danang, sayidin Panotogomo karena khawatir terhadap keselamatan Ki Ageng Batman.

“Paduka, jika kita bertiga sudah tidak berdaya, seperti saat ini. Tidak ada lagi yang dapat kita lakukan selain berdoa kepada Allah Subhana wa Ta’ala. Kepada-Nyalah kita mengadu dan kepada-Nyalah kita minta pertolongan, Paduka.” Tiba-tiba Pangeran Hafiz, Bagus Tinukur, ikut nimbrung pembicaraan, karena dia juga sudah sadar dari pingsan.

“Astagfirullah. Ampuni hamba-Mu ini, ya Allah. Sungguh Engkau Mahakuasa. Engkau Maha Mengetahui. Apa yang baik bagi kami. Kami ridho mendapatkan ujian ataupun hukuman-Mu, dengan mengalami situasi tidak berdaya seperti ini. Ya. Allah Ya Rabbi, berikanlah kami kesabaran dan petunjuk untuk dapat memilih jalan yang terbaik untuk keselamatan kami dan keluarga istana Matraman Raya dari ancaman serangan Adi Seruling Sakti, yang telah memperdaya kami, karena kebodohan kami sendiri. Aamiin.” Danang, Sayidin Panotogomo, menyesali perbuatan maksiatnya, karena percaya ada kekuatan lain selain Allah Rabbul Alamin. Suatu perbuatan yang kalau tidak segera disadari dan bertaubat kepada Allah Rabbul Alamin, dapat menjadikan mereka golongan orang-orang yang melakukan perbuatan syirik.
“Aamiin,” balas Pangeran Hafiz Bagus Tinukur.

“Paduka, mohon hamba, Salahuddin, dapat dimaafkan atas keteledoran hamba, tidak mencegah keberangkatan Ki Ageng Batman dan Kanda Wahyudi ke istana Matraman Raya,” kata Salahuddin.

“Walaupun semua itu, hamba lakukan karena Ki Ageng Batman berusaha menjaga keselamatan Paduka, bertiga, dengan menugaskan kami tetap menjaga di sini,” tambah Salahuddin.

“Sudah, sudah. Semua sudah terlanjur. Apa pun yang akan terjadi nanti, itu Qadarullah. Kita sebagai makhkuk Allah, tidak mungkin dapat mencegahnya. Sekalipun kejadian itu sangat buruk akibatnya bagi kita, maupun kerabat kita. Saat ini, kita hanya dapat berserah diri,” tegas Danang, Sayidin Panotogomo.

“Kalau dikaji secara mendalam, betul juga pesan Eyang Ki Ageng Batman, kepadamu, Salahuddin. Kalau saja kalian tinggalkan kami bertiga dalam keadaan sengsara, tidak mampu berbuat apa-apa, seperti sekarang ini, maka jika ada orang yang bermaksud jahat kepada kami, maka kami tidak tahu penderitaan apa lagi, yang akan kami terima,” jelas Danang, Sayidin Panotogomo.

“Paduka, lebih baik kita pikirkan apa yang harus kita lakukan saat ini, selagi Salahuddin, Jalal, dan Tanjung, yang bisa jadi merupakan Tiga Pendekar Langit tanpa tanding ini, berada bersama kita?” tanya Pendekar Langit Abu Arang.

“Kalau aku, inginnya minta gendong mereka, supaya kita dapat meninggalkan tempat ini, tapi ke mana kita akan pergi?” tanya Pangeran Hafiz, Bagus Tinukur.

“Kita bertiga tidak mungkin menyusul Ki Ageng Batman dan rombongan ke istana Matraman Raya. Kalau Pendekar Langit Abu Arang, mungkin bisa saja diantar ke Kediri. Dari dulu Kediri aman dari serangan musuh. Pendekar Langit Abu Arang akan aman, jika dapat sampai ke sana,” kata Danang, Sayidin Panotogomo.

“Apakah, Pendekar Langit setuju dengan hal itu. Kalau setuju dengan usul itu, tinggal pilih salah satu dari ketiga anak muda ini, siapa yang dipilih untuk mengantar Pendekar langit ke Kediri,” lanjut Danang, Sayidin Panotogomo.

“Boleh juga itu, rencana Paduka Raja Danang, Pendekar Langit Abu Arang. Siapa, yang akan kau pilih untuk mengantar dirimu, ke Kediri? Salahuddin, Jalal atau Tanjung?” tanya Pangeran Hafiz.

 

 

 

oleh: MJK, jurnalis PJMI.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*mjkr/ wi/ nf/ 281025

Views: 20

RELATED POSTS
FOLLOW US

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *